24 June 2016

Tanggapan Prof.Din Syamsuddin kepada Rektor STAIN Purwokerto Terkait Kasus RSI PURWOKERTO

Berikut Pernyataan Rektor STAIN Purwokerto: “Sebentar kang yunus, lagi saya mintakan copy lengkap akte notariatnya. Yg pasti, kalau sejak awal rsi itu memang dianggap amal usaha muhammadiyah, maka muhammadiyah juga sejak awal mempunyai i’tikad buruk, dengan memaksa seluruh siswa muslim, pegawai muslim dan masyarakat muslim banyumas menjadi penyandang dana, dengan instruksi bupati.Itu sebabnya, masyarakat muslim banyumas yg dulunya dipaksa nyumbang rsi dengan instruksi bupati, tiba tiba kini, setelah jadi dan berkembang, tiba tiba digagahi muhammadiyah, ya tidak rela.Kalau sejak semula jelas bahwa rsi itu diworo woro milik muhammadiyah, pasti tidak bakal ramai seperti hari ini. Mungkin bisa disampaikan juga pada kang Din Sy, kalau banser dan elemen masyarakat muslim melakukan gerakan hari ini, dianggap tidak etis.Sangat tidak etis juga dong, jika Muhammadiyah, memaksa muslim banyumas melalui rekomendasi bupati, kekuasaan kakandepag saat itu, kakandiknas, dll untuk ndanai amal usaha muhammadiyah”
——–>>>
Tanggapan Prof. Din Syamsuddin.Maaf terpaksa menanggapi Ketua STAIN Purwokerto:
1. Sangat naif menuduh Muhammadiyah beri’tikad buruk dgn memprakrasai pendirian Rumah Sakit Islam dgn memintabantuan kepada seluruh umat Islam. Bukankah dakwah Islamiyah selama ini memang menuntut seluruh umat Islam utk membantu?
2. Seandainya ada yg merasa terpaksa menyumbang utk amal sosial seperti rumah sakit dan di kemudian hari mempersoalkannya, maka mereka patut dikasihani karena tak mendapat berkat/pahala dari perbuatannya.
3. Sebaiknya kepada orang-orang seperti itu diberi kembali sumbangannya (tentu dgn bukti bhw memang pernah menyumbang, karena banyak yg mengklaim pernah menyumbang padahal tdk menyumbang). Jangan-jangan orang-orang yg menduduki RSI Purwokerto itu tdk pernah menyumbang.
4. Kalau pun ada amal sosial yg diprakarsai dan kemudian dilola oleh sesama Muslim (Ormas Islam), seyogyanya Muslim/Ormas Islam lain mendukungnya. Dan ini banyak terjadi, banyak lembaga dakwah termasuk masjid yg pembangunannya dibantu oleh seluruhelemen umat Islam termasuk Muhammadiyah tp dilola oleh ormas tertentu/NU, namun diterima dgn ikhlas sebagai sarana dakwah (saya dengar Masjid Agung Purwokerto demikian adanya).
5. Tasamuh seperti ini dari dulu sangat kuat mengakar dlm kehidupan Umat Islamdi Nusantara (manifestasi dari Islam Nusantara yg rukun, damai, dan santun), namun sekarang terganggu oleh intoleransi sektarian/ashabiyah (khususnya terhadap sesama Muslim).
6. Dan yg paling penting, apakah wawasanakhlak kita membenarkan “menduduki lembaga yg dilola oleh sesama Muslim dgn kekerasan/cara-cara premanisme”, dan itu terjadi pada Bulan Suci? Di mana letak ukhuwah Islamiyah? (Kita sering lancar berbicara ukhuwah wathoniyah bahkan ukhuwah basyariah, sementara kita tidak rela thd sesama Muslim). Saatnya umat Islam mengamalkan tasamuh dan budaya berfastabiqul khairat.
7. Saya sebenarnya malu menanggapi hal seperti ini, sementara umat Islam sedang menghadapi masalah dan tantangan besar. Seandainya RSI Purwokerto diprakarsai dan dilola oleh sahabat-sahabatNU, maka akan saya serukan kpd warga Muhammadiyah dan umat Islam utkmembantu lebih banyak lagi dgn wawasan husnuzhon, bukan suuzhon.
Salam, Din Syamsuddin.

No comments:

Post a Comment