31 August 2016

MUHAMMADIYAH AKAN AJUKAN JUDICIAL REVIEW UU TAX AMNESTY

Tax Amnesty Hanya Menguntungkan Para Elite Dan Pengusaha. Kebijakan Tax Amnesty Sama Sekali Tidak Menguntungkan Masyarakat Luas. Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berencana Mengajukan Undang Undang Tax Amnesty Ke Mahkamah Konstitusi.Majelis Hukum Dan Ham Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Akan Mengajukan Judicial ReviewUndang-Undang Pengampunan Pajak Atau Tax Amnesty. Menurut Ketua Pp Muhammadiyah Busyro Muqoddas, Watak Hukum Dari Kebijakan Undang-Undang Tax Amesty Itu Harus Jelas,  Begitu Pula Arah Hukumnya. Kejelasan Dalam Undang Undang Harus Bisa Merumuskan Niai-Nilai Dalam  Uud 1945, Pasal 33.Busyro Menambahkan, Tax Amnesty Tersebut Tidak Memiliki Sasaran Jelas. Akibatnya Masyarakat Umum Juga Terkena Sasaran Tersebut Sehingga Menjadi Resah. Sasarannya Harus Dievaluasi, Jangan Sampai Justru Masyarakat Kecil Terkena Dampaknya. Tax Amnesty Ini Sebenarnya Ditujukan Untuk Orang Yang Mengalami Problem Dalam Kewajiban Pajak, Dan Orang Ini Hanya Beberapa Gelintir Saja. Uangnya Diparkir Di Luar Negeri, Tapi Semua Masyarakat Terkena Imbasnya Dan Ini Membuat Gaduh.

JIHAD LEGISLASI MUHAMMADIYAH MEMBANTU DESIGN RANCANGAN UNDANG UNDANG

Setelah Adanya Jihad Konstitusi, Muhammadiyah Mencanangkan Jihad Legislasi. Jihad Legislasi Ini Bertujuan Membantu Pemerintah Dan Parlemen Guna Merancang Undang Undang.Busryo Muqoddas Yang Ditemui Pada Rapat Kerja Nasional Majelis Hukum Dan Ham Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Memberikan Pandangannya Terhadapa Jihad Legislasi. Jihad Legislasi Ini Bertujuan Guna Membantu Pemerintah Dan Parlemen, Dalam Merancang Undang Undang. Jihad Legislasi Ini Dianggap Perlu Dan Mendesak Bagi Bangsa, Setelah Adanya Jihad Konstitusi Yang Manfaatnya Telah Dirasakan Masyarakat. Sebelumnya Jihad Konstitusi Muhammadiyah Telah Memenangkan Beberapa Kali Judicial Review Di Mahkamah Konstitusi.Rapat Kerja Nasional Majelis Hukum Dan Ham Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Digelar Di Islamic Center Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Peserta Rakernas Kali Ini Merupakan Perwakilan Dari Majelis Hukum Dan Ham Wilayah Dan Daerah Di Seluruh Indonesia.

RAKERNAS MAJELIS HUKUM DAN HAM PP MUHAMMADIYAH

Majelis Hukum Dan Ham Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menggelar Rapat Kerja Nasional Di Islamic Center Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan. Beberapa Hal Mengenai Isu Hukum Terkini Dibahas Dalam Rakernas Kali Ini.Rapat Kerja Nasional Majelis Hukum Dan Ham Dibuka Oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, Di Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Dalam Rakernas Majelis Hukum Dan Ham Kali Ini, Busyro Muqoddas Selaku Ketua P-P Muhammadiyah Majelis Hukum Dan Ham. Majelis Hukum Dan Ham Telah Melaksanakan Beberapa Pertemuan Dan Menghasilkan Program Kerja. Program Kerja Tiap Unit Pelaksana Program, Disatukan Dalam Program Rapat Kerja Bersama. Sekretariat Menyatukan Hasil Program Dari Tiap Unit Pelaksana.Pada Rakernas Program Ini, Di Rancang Lebih Matang Dari Sebelumnya. Program Kerja Majelis Hukum Dan Ham Dibahas Bersama Dan Di Elaborasi Untuk Diberikan Pandangan Pandagan Oleh Majelis Hukum Dan Ham Tingkat Daerah Dan Provinsi.Konflik-Konflik Di Indonesia Banyak Terjadi Akibat Perebutan Sumber Daya Alam  Didaerah, Dan Ini Dimungkinkan Terjadi Karena Kepentingan Pihak-Pihak Tertentu. Banyak Kasus Pula Yang Terjadi Dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Namun Jarang Masyarakat Yang Mau Mengadvokasi Perihal Tersebut. Semua  Program Yang Dikaji Dalam Rakernas Didukung Melalui Pendekatan Organisatoris Muhammadiyah.

UP GRADING PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH SE-SUMATERA SELATAN

Up grading anggota pimpinan wilayah muhammadiyah se-sumatera selatan dengan mengangkat tema " up grading yang mencerahkan menuju indonesia yang berkemajuan". Prof. Dr. H. Syafiq a. Mughni  dan dr. H. Agung danarto, m.ag., wakil ketua pp muhammadiyah menjadi narasumber utama dalam up grading tersebut. Kegiatan tersebut juga diikuti rektor universitas muhammadyah palembang dr. Abid djazuli, s.e., m.m., pimpinan daerah muhammadiyah (pdm) se-sumsel dan ketua majelis pdm se-sumsel serta organisasi otonom tingkat wilayah. Kegiatan ini berlangsung 27-28 agustus 2016 yang bertempat di stikes muhammadiyah palembang.prof. Romli, menyampaikan.kegiatan up grading ini merupakan penguatan komitmen selaku unsur pimpinan dalam menjalankan organisasi. Sebuah komitmen sangat penting karena pimpinan tidak mempunyai komitmen yang kuat tidak akan berjalan dengan baik, karena saya melihat proses penjaringan pimpinan disetiap tingkatan persyarikatan muhammadiyah merupakan mekanisme pemilihan yang paling baik didunia.prof. Mughni menambahkan. kita harus mengembangkan amal usaha muhammadiyah menjadi sebuah lembaga yang dikelola secara profesional, harus maju dan berorientasi ke kualitas. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan sinergi antara persyarikatan dengan saling membahu dalam rangka peningkatan kualitas.amal usaha juga harus menjadi arena pengkaderan persyarikatan kaeran muhammadiyah terus memerlukan tenaga manusia yang berkualitas karena dimasa depan ditangan mereka lah muhammadiyah akan lebih maju.

NA PERLU JALANKAN TANGGUNG JAWAB PUBLIK TANPA LALAIKAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA

Sebagai organisasi perempuan muda yang tumbuh dari diri organisasi muhammadiyah, nasyiatul ‘aisyiyah sudah sepatutnya harus mampu menjalankan tanggung jawab publik maupun tanggung jawab domestik tanpa harus melalaikan tugas utama dalam keluarga.  Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh endang susilowati, s.h. M.h., selaku perwakilan dari gubernur daerah istimewa yogyakarta (diy) hamengku buwono x saat memberi sambutan pada  pembukaan muktamar nasyiatul aisyiyah (na) ke xiii di gedung sportorium universitas muhammadiyah yogyakarta (umy), jum’at (26/8).endang mengungkapkan bahwa tema dalam muktamar na tahun ini yakni “gerakan perempuan muda berkemajuan untuk kemajuan bangsa,” menurutnya sangat penting dan relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Kondisi permasalahan-permasalahan terhadap perempuan, khususnya tindak kekerasan yang dilakukan kepada perempuan di indonesia masih cukup tinggi. Terlebih tingkat keramahan publik bagi kaum perempuan dipandang masih sangat kurang.“na yang telah menempuh 85 tahun perjalanan gerakan perempuan, sudah seharusnya gerakan perempuan muda na dalam perspektif ideologi keagamaan dapat menampilkan pandangan islam yang berkemajuan. Dan saat ini perempuan bukan lagi di bawah atau di atas kekuatan laki-laki, namun saat ini perempuan adalah mitra kerja laki-laki. Sudah saatnya perempuan indonesia memiliki rasa berpikir dan bertindak untuk dapat berkonstribusi terhadap negara,” papar staff ahli hukum pemprov diy.endang melanjutkan, perempuan indonesia harus memiliki prinsip menjadi perempuan yang dapat membawa perubahan dan kemajuan dalam mengentaskan permasalahan-permasalahan bagi kalangan perempuan dan bagi negara. “muhammadiyah menjadikan perempuan pada bagian yang terhormat dalam bermitra untuk membawa perubahan dan kemajuan bangsa. Namun hal yang paling utama adalah perempuan tidak melalaikan tanggung jawabnya di dalam keluarga. Atas dasar itulah diharapkan pada muktamar na kedepan akan menciptakan na yang sakinah dalam keluarga dan juga berperan dalam kemajuan bangsa,” tandasnya.sementara itu pimpinan pusat na, normasari mengatakan pada muktamar na saat ini dalam melakukan gerakan yang berkemajuan tetap menggambarkan islam sebagai agama yang membela dan menggerakkan yang lemah. Seperti dalam syair lagu na, normasari mengatakan identitas utama na sebagai tunas putri muhammadiyah yaitu terdidik tiap hari, kemuliaan islam dicari, serta bekerja digemari. Dalam hal ini na mengandung ikhtiyar mewujudkan kemandirian bangsa dan siap berkarya. “salah satu tantangan na untuk membantu kemajuan bangsa dan bersaing dengan bangsa lain yaitu terkait masyarakat ekonomi asean (mea, red). Dalam hal ini na siap berkarya membangun bangsa demi mewujudkan kepribadian utama, dan kokoh tanpa mengorbankan realitas hidup utama yaitu di dalam lingkungan keluarga sendiri,” imbuhnya.dalam perhelatan muktamar nasyiatul aisyiyah ini dihadiri oleh 900 peserta yang mewakili 34 pimpinan wilayah na dari seluruh provinsi di indonesia. Di samping itu juga turut hadir 2500 penggembira serta turut hadir memberi sambutan pembukaan yakni menteri pendidikan dan kebudayaan, prof. Dr. Muhajir effendy serta dr. Haedar nashir selaku ketua umum pp muhammadiyah yang juga sekaligus secara resmi membuka muktamar na xiii ini.


WIRAUSAHAWAN WANITA DAPAT DUKUNG 70% PEMASUKAN KELUARGA

Menjadi wirausahawan wanita memiliki keuntungan tersendiri terutama bagi mereka yang sudah berumah tangga. Salah satu keuntungan tersebut yakni dapat membantu pemasukan keluarga sebesar 70% hingga 80%.hal tersebut seperti disampaikan oleh hj. Dyah suminar, s.e., ketua majlis ekonomi dan kewirausahaan (mek) aisyiyah, dalam acara temu asosiasi pengusaha nasyiyatul aisyiyah (apuna), dalam rangka muktamar nasyiatul aisyiyah (na) ke-13  di pelataran sportorium universitas muhammadiyah yogyakarta. Pertemuan yang diselenggarakan pada kamis (25/08) tersebut mengangkat tema 'penguatan peran perempuan muda berkemajuan dalam meningkatkan ekonomi bangsa.'dyah menambahkan bahwa biasanya untuk memulai menjadi wirausahawan, seseorang akan merasakan ragu. Namun, dyah juga memberikan beberapa kunci untuk dapat menjadi wirausahawan yang sukses. "pertama adalah bisa belajar. Menjadi wirausahawan harus fokus dan mau untuk terus belajar," jelas istri mantan walikota yogyakarta, herry zudianto, tersebut.kunci selanjutnya adalah bahwa seorang wirausahawan juga harus disiplin, ulet dan jujur. Dyah mengungkapkan bahwa dirinya belajar disiplin dengan cara memisahkan usaha yang dimilikinya dengan usaha yang dimiliki oleh suaminya. "dengan cara tersebut saya juga belajar untuk mandiri. Hal penting lainnya kita harus dapat mengamati tren yang sedang ada. Saat kita duduk dimana saja, kita harus dapat belajar dan mengamati sehingga kita dapat mengembangkan produk usaha kita," terang dyah.memperbanyak jaringan juga disebut dyah sebagai salah satu kunci untuk dapat mengembangkan usaha. "dimana-mana harus banyak teman. Untuk beberapa produk terkadang kita diharuskan untuk bertemu langsung dengan orang (konsumer-red.) Jadi harus banyak teman, sehingga jejaring bisa bertambah," lanjut dyah. Selain hj. Dyah suminar, s.e., hadir pula sebagai pemateri islamiyaturrohmah, salah satu penggagas apuna, dan insafiatul aminah, ketua pdna bojonegoro. Dalam materinya, islamiyatur memaparkan tentang sejarah berdirinya apuna. Sedangkan insafiatul aminah lebih menjelaskan terkait baitul maal wat-tamwiil (bmt) dinar nasyiah buana pdna bojonegoro.


NASYIATUL AISYIYAH MODAL PERUBAHAN PENDIDIKAN BANGSA



Kemajuan sebuah bangsa sangat tergantung kepada kualitas sumber daya manusia, dengan ditandai kehadiran sistem dan kultur pendidikan yang unggul. Pada kenyataannya saat ini, 80 persen anggota muda perempuan yang tergabung dalam organisasi Nasyiatul Aisyiyah (NA) adalah para pendidik. 
Hal ini menjadi modal luar biasa untuk melahirkan perubahan, termasuk pada sektor pendidikan. Inilah yang membuat kiprah NA di dunia pendidikan sangat penting dengan berkesempatan mengintegrasikan pola pengasuhan, pendidikan dan pengawasan anak.

            Pernyataan tersebut seperti yang diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhajir Effendy yang mengatakan bahwa barisan kaum perempuan muda yang terkonsolidasi dalam satu gerakan solid akan melahirkan arus perubahan dahsyat, seperti halnya Organisasi Nasyiatul Aisyiyah. “NA harus pro aktif dalam mengabil bagian terkait peningkatan kualitas pendidikan, terutama pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar. Ini karena berawal dari sinilah karakter seorang anak dibentuk dan nilai-nilai keluhuran ditanamkan,” papar Prof. Muhajir saat menyampaikan sambutan dalam rangka pembukaan Muktamar NA ke XIII di Gedung Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jum’at (26/8).
            Prof. Muhajir mengatakan lebih lanjut bahwa organisasi NA yang identik dengan perempuan usia produktif merupakan kelebihan yang perlu diterjemahkan ke dalam strategi gerakan dan perencanaan program-program dari NA sendiri. Dalam hal tersebut, NA bisa menjadi penentu corak pendidikan di lingkungan keluarga. “NA perlu merumuskan program parenting yang tepat sehingga mampu menjadi sumber belajar dan bertanya bagi keluarga lain yang pendidikan anaknya mengalami masalah,” jelasnya.
            Pendidikan keluarga saat ini menjadi kunci bagi keberhasilan dan ketahanan keluarga dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul dan kompetitif. Prof. muhajir mengatakan, adanya Program Indonesia Pintar merupakan satu cara mempercepat perluasan akses masyarakat miskin dalam menikmati pendidikan yang layak.  Akan tetapi, hal tersebut sulit dicapai jika mentalitas dan karakter generasi muda saat ini rapuh. Sehingga perlu adanya pendidikan karakter bagi setiap generasi muda.
            “Pendidikan harus menggembirakan dan mencerahkan yang tidak membebani siswa. Pendidikan yang baik adalah yang mampu merangsang aktualisasi diri siswanya. Diharapkan forum terhormat ini dapat melahirkan program-program bernas dan kepemimpinan berkarakter yang mau membawa organisasi ke level yang lebih tinggi. Selain itu saya berharap NA juga turut mengawal dan mendukung agenda perubahan di dunia pendidikan. Tanpa keberanian dan kesungguhan dari semua pihak, asa perubahan itu akan menguap,” harap Prof. Muhajir.
            Ungkapan tersebut senada dengan pernyataan Dr. Haedar Nashir selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah. Haedar mengatakan bahwa NA merupakan tunas bangsa yang memiliki cita-cita besar dalam memajukan masyarakat Indonesia. Perubahan tidak mungkin terjadi jika dalam diri tunas-tunas tersebut tidak memiliki jiwa pikir perubahan. Di samping dalam hal pendidikan yang NA juga turut membangun dan menggagas  pendidikan sejak usia dini, saat ini NA dihadapkan pada problem baru dalam kasus anak-anak muda yang saat ini masih terus meningkat. Salah satu kasus tersebut yaitu adanya pernikahan dini, kejahatan seksual, maupun problem narkoba yang mengincar generasi muda.
            “NA dalam berdakwah perlu menyasar kaum remaja. Seperti halnya tujuan strategis NA yaitu pemetaan pada problem sosial baru, termasuk remaja putri. Hal ini merujuk pada tujuan didirikannya organisasi ini yang merupakan mata rantai yang terikat dan bersambung dengan Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk memberantas kebodohan dan spirit kemajuan,” tandas Haedar.
            Haedar menambahkan, kekuatan kemandirian untuk perubahan dibangun dari akar rumput suatu komunitas. “Saya yakin NA memiliki semangat untuk membangun Indonesia dengan kemajuan, adil, makmur, dan bermartabat. Dalam hal ini jadikanlah modal yang dimiliki muhammadiyah untuk strategi bergerak kedepan, karena NA merupakan tunas-tunas baru yang memerlukan pondasi moral, intelektual yang membawa perubahan peradaban,” tambahnya.
            “Tunas-tunas NA telah menunjukkan generasi yang terdidik tiap hari, kemuliaan Islam dicari, serta bekerja digemari yang akan terus menyala dengan melahirkan Indonesia baru yang memberi warna peradaban,” tutup haedar.


ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN EKONOMI KUNCI HADAPI PERSAINGAN GLOBAL

Meminjam ungkapan Bung Karno, "Jangan sampai kita jadi kuli di negeri orang, kuli juga di negeri sendiri", setidaknya kita harus menyiapkan dua hal yaitu Ilmu pengetahuan teknologi dan juga Ekonomi. Sudah 18 tahun Indonesia merasakan reformasi, dunia sekarang telah berbeda. Persaingan makin ketat dan semakin terbuka, oleh karena itu jika tidak mempersiapkan diri maka akan kalah bersaing.
Hal tersebut seperti dinyatakan Ketua MPR RI Dr. (H.C.) Zulkifli Hasan, S.E,M.M dalam Pidato Kebangsaan rangkaian acara Muktamar Nasyiatul Aisyiyah XIII di Spotorium UMY, Jumat (26/8) sore. Dalam pemaparannya tersebut, Zulkifli juga memberi materi tentang 4 pilar dalam kebangsaan yaitu, Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika dan  UUD 1945.
Beliau berpesan bahwa perlu usaha keras dan proses untuk menguasai dua hal tersebut. “Sebagai kader Muhammadiyah, saya berpesan agar mempelajari dua hal tersebut. Ilmu pengetahuan teknologi dan Ekonomi sangat menentukan apapun. Namun tidak ada jalan pintas untuk mengubah dua hal ini, perlu kesungguhan dalam mempersiapkannya. Jangan sampai negara kita kalah bersaing dengan yang lainnya,” tandasnya.
Sementara itu hadir juga Desy Ratnasari, anggota Komisi VIII DPR RI, yang dalam pemaparannya menyatakan bangga dan mengapresiasi Muktamar Nasyiatul Aisyiyah. “Saya bangga hadir di tengah-tengah kader Nasyiatul Aisyiyah hari ini.  Kehadiran kader-kadernya dari seluruh Indonesia  menunjukkan Nasyiatul Aisyah mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan anggotanya. Saya rasa nuansa Bhinneka Tunggal Ika juga terasa dalam ruangan ini,” paparnya.
“Seorang perempuan merupakan makhluk yang tangguh. Sebagai seorang ibu, pekerjaan yang dilakukan tidak ada habisnya. Selain mengurus anak, perempuan juga harus mengurus pekerjaan rumah tangga dan keluarganya. Saya harap dalam Muktamar ini, lahir perempuan-perempuan tangguh dari Nasyiatul Aisyah,”tambahnya
Dalam sambutannya, Dia juga mengajak para kader Nasyiatul Aisyah tentang pentingnya penguatan pendidikan kepada anak-anak. Peran Ibu dalam pendidikan anak harus dioptimalkan dengan peran ayah. ”Dalam rumah tangga, tidak cuma ibu yang berperan dalam pengajaran kepada anak-anak. Peran Ayah juga penting bagi pembentukan karakter. Jadi mari kita ajak para suami kita untuk ikut dalam pendidikan anak untuk menguatkan peran orang tua,”jelasnya
Dia juga berharap Nasyiatul Aisyah melahirkan kader-kader yang siap terjun di dunia politik. “Saya harap tagline Muktamar kali ini tidak hanya jadi kalimat semata namun diwujudkan dengan tindakan yang nyata. Dengan semangat Perempuan Muda Berkemajuan,  Mari kita tunjukkan eksistensi perempuan muda, khususnya di bidang politik.  Mari kita isi 30% kuota perempuan di DPR RI,”tutupnya.


MANUSIA SEHAT ADALAH MANUSIA YANG PRODUKTIF

Selama ini definisi sehat diartikan sebagai sehat jasmani saja. Namun ternyata menjadi sehat secara jasmani saja tidak cukup. Manusia yang sehat juga seharusnya adalah manusia yang produktif, yakni manusia yang dapat berbuat sesuatu bagi bangsanya.hal tersebut yang disampaikan oleh prof. Dr. Dr. Nila djuwita f. Moeloek spm (k) dalam sidang pleno ii muktamar nasyiatul aisyiyah di sportorium universitas muhammadiyah yogyakarta pada jum'at (26/08). Dalam pemaparannya, nila juga menyebutkan bahwa saat ini populasi penduduk di indonesia tengah meningkat dengan jumlah usia produktif yang paling banyak.  "sebenarnya di dalam jumlah yang begitu banyak juga merupakan tanggung jawab untuk menghantarkan mereka menjadi manusia yang berkualitas. Piramida penduduk kita ada di tengah-tengah usia produktif, seperti usianya na, jumlahnya cukup besar dan hampir 150 juta dibandingkan dengan total jumlah 250 juta jiwa," ungkap nila. Menteri kesehatan ri juga mengharapkan manusia-manusia muda ini selain membantu membangun bangsa, juga membantu mereka yang sudah tidak bisa produktif dan para manula (manusia usia lanjut). Hal ini sesuai dengan dengan nawacita kelima bapak presiden joko widodo. Karena pada tahun 2030-2035 jumlah penduduk yang produktif ini adalah peluang bagi indonesia untuk mendapatkan bonus demografi. "artinya kalau jumlah besar ini produktif, tentu kita akan menjadi bangsa yang kuat sekali. Tapi kalau kita lihat usia yang produktif tadi diperkirakan 150 juta jiwa tidak menjadi manusia yang produktif, tentu peluang ini akan menjadi hilang," tegas nila. Meskipun demikian, ibu menkes tersebut menjelaskan akan ada dua tantangan internal dan eksternal yang harus dihadapi. Secara internal, letak geografis indonesia yang sangat luas tentu menjadikan fasilitas dan infrastruktur di setiap daerah berbeda-beda. Hal tersebut juga yang dapat mempengaruhi kualitas penduduknya, yang apabila suatu penduduk tidak produktif, maka disebut nila, dapat menyebabkan angka kemiskinan yang meningkat di daerah tersebut. Sedangkan dari faktor eksternal, disebut menteri kesehatan, bahwa indonesia sudah memasuki masyarakat ekonomi asean (mea), yang berarti mobilitas penduduk dunia semakin tidak terbatas. "sudah tidak ada batas antar negara, dan juga antar manusia. Kita mengetahui sekarang (manusia) dengan mudah melakukan urbanisasi, untuk mencukupi kehidupannya. Tidak hanya orang yang masuk ke negara kita saja, tetapi penyakit-pun juga," tambah nila. Ibu menteri juga mengingatkan agar masyarakat indonesia mewaspadai virus zica, yang berasal dari nyamuk yang sama dengan nyamuk demam berdarah. Selain itu juga ada yellow fever, penyakit ebola di afrika, dan lain-lain. Indonesia harus mewaspadai menyebarnya penyakit dari negara asing tersebut agar tidak mewabah di indonesia, yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat usia produktif. Nila juga mengingatkan kepada para peserta untuk senantiasa membantu menjaga ibu hamil. Hal ini dikarenakan manusia produktif itu berasal dari ibu hamil. Harapannya setiap kehamilan ibu itu terencana dan sesuai harapan. Karena dengan demikian, kehadiran sang anak berarti diinginkan dan anak akan mendapatkan kasih sayang, yang kemudian mempengaruhi kualitasnya. "saat saya bertemu dengan almarhumah ibu ainun habibie, beliau berpesan, tolong ajarkan ibu-ibu hamil itu dengan membuka sisi otak kiri dan otak kanan. Artinya tidak hanya memberikan makanan atau nutrisi yang baik (kepada janin), tetapi juga sentuh dengan kasih sayang melalui musik dan lain-lainnya. Agar bisa terbuka otak kiri dan kanannya," jelas nila.


DYAH PUSPITARINI TERPILIH SEBAGAI KETUA UMUM NA 2016-2020

Muktamar ke-13 Nasyiyatul Aisyiyah telah ditutup pada Minggu (28/08) di Sportorium Universitas Muhamamdiyah Yogyakarta. Penutupan muktamar yang berlangsung selama 4 hari tersebut menetapkan Dyah Puspitarini sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiyatul Aisyiyah periode 2016-2020.
Dalam sambutannya, Dyah mengajak kepada para muktamirin NA untuk senantiasa bekerja tidak hanya untuk manusia, tetapi juga untuk Allah dan Rasul. "Kita sebagai manusia diperintahkan untuk bekerja. Dengan begitu maka, Allah dan Rasul dan orang-orang mukmin yang akan melihat pekerjaan kita. Pekerjaan kita adalah pekerjaan menegakkan amal ma'ruf nahi munkar, dan mendidik generasi Muslim," tegas Dyah.
Selain itu, Muktamar NA kali ini juga memberikan beberapa pernyataan sikap dan rekomendasi, yang berbunyi sebagai berikut:
Demi terciptanya  peradaban masyarakat yang ramah perempuan dan anak yang dilandasi oleh nilai-nilai profetik, maka kami perempuan muda Nasyiatul Aisyiyah se-Indonesia menyatakan:
1. Meminta secara tegas pada KPI untuk menghentikan tayangan yang kontennya tidak mendidik, seperti:
a. Reality Show, yang mengajarkan untuk bulliying pada jam anak menonton TV, reality show Idol yang berlebihan dan tidak berkualitas.
b. Sinetron-sinetron yang mengajarkan kekerasan dan pergaulan bebas
c. Tontonan yang mempromosikan perilaku Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender
d. Iklan yang mengeksploitasi perempuan
2. Menekankan bahwa pendidikan seksualitas yang universal komprehensif penting dilakukan oleh semua pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat bagi anak dan remaja.
3. Menghimbau gerakan Strong from Home, yaitu menciptakan lingkungan rumah yang sehat dan kuat baik secara fisik, psikhis, dan spiritual.
Sedangkan Rekomendasi Muktamar NA berbunyi sebagai berikut:
I. Kepada Pemerintah dan DPR
Mendesak segera disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, serta pengawasan terhadap PERPU No. 1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, mengingat berbagai kerentanan yang timbul seputar hukuman kebiri dan belum adanya mekanisme untuk merehabilitasi korban.
Mendorong kebijakan penerapan  Full Day School dengan tetap memperhatikan hak anak untuk bebas bereksplorasi, bermain, dan mengeluarkan pendapat, agar tidak terjadi pemaksaan dan eksploitasi, juga memperhatikan konteks  geografis dan sosiologis masyarakat.
Mendesak  segenap aparat pemerintah seperti Polisi, agar merespon secara cepat setiap pengaduan kasus-kasus kekerasan terhadap anak, atau anak yang melarikan diri dari rumah.
Mengevaluasi penerapan Kabupaten/Kota Layak Anak secara kontinyu, dan memberikan sanksi dan mencabut gelar tersebut jika terjadi kekerasan terhadap anak yang tidak  segera ditangani secara cepat.
2. Kepada Pimpinan Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhammadiyah
Mendesak  pengelola amal usaha Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah agar membangun fasilitas ruang publik yang ramah perempuan dan anak, missal Ruang Laktasi, Tempat Pengasuhan Anak (Day Care), dan Cuti dalam tanggungan bagi karyawan perempuan yang melahirkan.

Di akhir agenda muktamar NA ke 13 ini juga diadakan penggalangan dana untuk anak dan perempuan yang menjadi korban kekerasan. Selain penggalangan dana, para peserta juga melakukan penandatanganan untuk kampanye hal yang sama.

MAHASISWA UMSU PEDULI WARGA KURANG MAMPU

Kegiatan Masa Ta’aruf Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Umsu , Badan Eksekutiv Mahasiswa Perguruan Tinggi Umsu, Menggelar Pemberian Bantuan Sembako Kepada Warga Disekitar Kampus .Menandai Proses Kegiatan Masa Ta’aruf Mahasiswa Baru Umsu, Yang Berlangsung Di Kampus Tiga, Jln Kapten Muhtar Basri Medan, Senin 29 Agustus 2016, Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Umsu, Menyerahkan Bantuan Sembako Kepada Lebih 500 Warga Disekitar Kampus.Kegiatan Yang Memiliki Muatan Sosial Itu, Sebagai Sebuah Kerja Produktif Dari Mahasiswa Dalam Kegiatan Masa Ta’aruf Yang Berlangsung Selama Seminggu Itu.Sekitar 5 Ton Beras, 2,5 Ton Gula Putih, Dan 4600 Kaleng Sardencis, Diserahkan Kepada Warga Yang Bermukim Dikampus Umsu.Penyerahan Bantuan Sembako Secara Simbolis Kepada Warga, Dilakukan Oleh Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erri Nuradi .Sembako Yang Berasal Dari Mahasiswa Baru Umsu Tahun Akademi 2016-2017 Pada Awal Kegiatan Masta, Kemudian Diserahkan Kepada Warga Merupakan Kegiatan Yang Simpatik Ditengah Kekuatiran Banyak Orang Akan Terjadinya Kekerasan Seperti Yang Terjadi Pada Saat Perpeloncoan.Ketua Bem Perguruan Tinggi Umsu, Arif Wahyudi, Dalam Wawancaranya Dengan Tvmu, Menjelaskana, Bantuan Sembako Yang Berasal Dari Mahasiswa Baru Itu, Merupakan Wujud Dari Kepedulian Mahasiswa Terhadap Kehidupan Warga Di Sekitar Kampus.Ditengah Warga Yang Bermukin DisekItar Kampus Tiga Umsu Itu, Tampak Rektor Umsu, Agussani, Menyerahkan Bantuan Kepada Warga. 






MASA TA’ARUF MAHASISWA UMSU

Universitas muhammadiyah sumatera utara, umsu , menggelar masa ta’aruf untuk mahasiswa baru tahun akademi 2016-2017, masa ta’a diikuti sekitar 4.600 mahasiswa baru. masa ta’aruf mahasiswa baru umsu, berlangsung di kampus tiga, jln kapten muhtar basri medan, senin 29 agustus 2016, hadir gubernur sumatera utara, tengku erry nuradi, yang sekaligus memberikan pembekalan kepada 4.600 mahasiswa baru dari berbagai fakultas .hadir pada pembukaan masa ta’aruf itu, ketua pimpinan wilayah muhammadiyah sumatera utara, prof. Dr hasyimsyah nasution, ketua pimpinan wilayah aisyiyah sumatera utara, hj. Elynita, dan badan pengurus harian umsu, dalail ahmad .masa ta’aruf akan berlangsung selama seminggu itu, ditandai dengan berlangsung ta’aruf kolosal, sebagai bagian perkenalan mahasiswa baru dengan organisasi ikatan mahasiswa muhammadiyah.selain itu, masa ta’aruf akan menghadirkan panglima kostrad, letjen edy  rahmayadi, pada sabtu 3 september 2016, pangkostrad akan memberikan pembekalan seputar bela negara .gubernur sumatera utara, tengku erry nuradi, dalam pesannya kepada 4.600 mahasiswa baru itu, bahwa masa ta’aruf yang dilaksanbakan seminggu merupakan program strategis bagi mahasiswa dalam memasuki kehidupan kampus.masta juga menjadi bagian dari pembentukan karakter dan maindset atau cara berpikir mahasiswa dalam menghadapi problema masadepan .pada akhir kegiatan  , gubernur sumatera utara, tengku erri nuradi, memasangkan selempang peserta masta kepada dua orang mahasiswa baru .


28 August 2016

Bazar dan Pameran Muktamar Nasyiatul Aisyiyah XIII resmi dibuka

Bertempat di halaman timur Sportorium Kampus Terpadu UMY, Bazar dan Pameran dalam rangka Muktamar Nasyiatul Aisyiyah XIII telah resmi dibuka pada Kamis (25/8) sore. Bazar dan Pameran dibuka ditandai dengan pemotongan pita dan penerbangan balon oleh  Hj. Dyah Suminar, S.E., Ketua Majlis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Aisyiyah dan juga salah satu pengusaha sukses di Yogyakarta.
Dilansir dari Koordinator lapangan, Felandani Prakoso menyatakan bazar dan pameran dalam rangka Muktamar Nasyaitul Aisyiyah kali ini diikuti oleh 72 stand yang terdiri dari berbagai produk yang ditawarkan. “Total ada 72 stand, terdiri dari stand kuliner dan nonkuliner. Pengisi stand sebagian besar berasal dari anggota APUNA (Asosiasi Pengusaha Nasyiatul Aisyiyah), jadi sebagian besar merupakan produk APUNA sementara yang lainnya berasal dari pedagang umum,” tuturnya. Dia menambahkan bahwa Bazar dan pameran ini bertujuan untuk menyemarakkan acara Muktamar Nasyiatul Aisyiyah. “ Bazaar dan Pameran ini sebagai bentuk syiar dan juga kegiatan pendukung dalam Muktamar Nasyiatul Aisyiyah ini. Tujuannya untuk menyemarakkan rangkaian acara Muktamar Nasyiatul Aisyiyah XIII. Respon masyarakat di hari pertama ini luar biasa, beberapa stand cukup ramai oleh pengunjung,” jelasnya. Bazar dan Pameran ini berlangsung hingga Minggu 28 Agustus 2016. Sebelum pembukaan, terdapat talkshow tentang sejarah APUNA. Selain itu dalam bazar dan pameran ini terdapat panggung hiburan yang diisi oleh penampilan seni anak-anak yang berasal dari SD Muhammadiyah. Sementara itu El Yusra Muallimin, Ketua Departemen Ekonomi PP Nasyiatul Aisyiyah yang ditemui terpisah menyatakan Bazar dan Pameran ini sebagian besar menyediakan produk-produk perempuan. “Hal ini berkaitan dengan tema besar Muktamar Nasyiatul Aisyiyah yaitu “Gerakan Perempuan Muda Berkemajuan untuk Kemandirian Bangsa”. Selain itu karena para peserta dan kader-kader Nasyiatul Aisyiyah ini juga sebagian besar perempuan,paparnya. El Yusra menambahkan Bazar dan Pameran ini diadakan untuk menyediakan produk-produk agar dibeli peserta. “Kami menyediakan bazar dan pameran ini agar peserta-peserta dari luar daerah bisa membeli oleh-oleh dari Jogja namun tidak usah repot-repot keluar dari acara Muktamar. Jadi di sini kami juga menyediakan stand oleh-oleh khas lokal yang bisa dibeli," tambahnya. Beliau berharap melalui kegiatan Bazar dan Pameran ini kader-kader Nasyiatul Aisyiyah mempunyai jiwa sosiopreneurship yang tinggi. “Mayoritas kader-kader Nasyiatul Aisyiyah ini perempuan, jadi kami harap melalui bazar dan pameran ini mampu membentuk perempuan yang mempunyai jiwa sosiopreneurship yang tinggi, yaitu perempuan pengusaha yang tangguh dan mandiri,” tutupnya.


Wirausahawan Wanita Dapat Dukung 70% Pemasukan Keluarga

Menjadi wirausahawan wanita memiliki keuntungan tersendiri terutama bagi mereka yang sudah berumah tangga. Salah satu keuntungan tersebut yakni dapat membantu pemasukan keluarga sebesar 70% hingga 80%. Hal tersebut seperti disampaikan oleh Hj. Dyah Suminar, S.E., Ketua Majlis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Aisyiyah, dalam acara Temu Asosiasi Pengusaha Nasyiyatul Aisyiyah (APUNA), dalam rangka Muktamar Nasyiatul Aisyiyah (NA) ke-13  di pelataran Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pertemuan yang diselenggarakan pada Kamis (25/08) tersebut mengangkat tema 'Penguatan Peran Perempuan Muda Berkemajuan dalam Meningkatkan Ekonomi Bangsa.' Dyah menambahkan bahwa biasanya untuk memulai menjadi wirausahawan, seseorang akan merasakan ragu. Namun, Dyah juga memberikan beberapa kunci untuk dapat menjadi wirausahawan yang sukses. "Pertama adalah bisa belajar. Menjadi wirausahawan harus fokus dan mau untuk terus belajar," jelas Istri mantan walikota Yogyakarta, Herry Zudianto, tersebut. Kunci selanjutnya adalah bahwa seorang wirausahawan juga harus disiplin, ulet dan jujur. Dyah mengungkapkan bahwa dirinya belajar disiplin dengan cara memisahkan usaha yang dimilikinya dengan usaha yang dimiliki oleh suaminya. "Dengan cara tersebut saya juga belajar untuk mandiri. Hal penting lainnya kita harus dapat mengamati tren yang sedang ada. Saat kita duduk dimana saja, kita harus dapat belajar dan mengamati sehingga kita dapat mengembangkan produk usaha kita," terang Dyah. Memperbanyak jaringan juga disebut Dyah sebagai salah satu kunci untuk dapat mengembangkan usaha. "Dimana-mana harus banyak teman. untuk beberapa produk terkadang kita diharuskan untuk bertemu langsung dengan orang (konsumer-red.) Jadi harus banyak teman, sehingga jejaring bisa bertambah," lanjut Dyah. Selain Hj. Dyah Suminar, S.E., hadir pula sebagai pemateri Islamiyaturrohmah, salah satu penggagas APUNA, dan Insafiatul Aminah, Ketua PDNA Bojonegoro. Dalam materinya, Islamiyatur memaparkan tentang sejarah berdirinya APUNA. Sedangkan Insafiatul Aminah lebih menjelaskan terkait Baitul Maal wat-Tamwiil (BMT) Dinar Nasyiah Buana PDNA Bojonegoro.


Dukung Program Visiting Professor, UMY Dirikan Professor's Guest House

Program visiting professor menjadi salah satu program penting Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam mencapai World Class University. Untuk mendukung terlaksananya program tersebut dengan baik, maka UMY pun mendirikan Professor's Guest House yang akan digunakan bagi para professor atau dosen tamu yang mengajar di UMY. Rektor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA pada Kamis (25/8) pun melakukan peresmian pembangunan Professor's Guest House ini secara langsung.
Professor's Guest House ini akan dibangun bersebelahan dengan gedung Unires Putera UMY yang berada di sisi utara Kampus Terpadu UMY. Peletakan Batu Pertama dalam pembangunan ini juga dilakukan secara simbolik dengan penandatanganan prasasti. Acara yang dilangsungkan di lobby Unires Putra ini juga dihadiri oleh pimpinan UMY dan ketua-ketua program studi internasional. Rektor UMY dalam sambutannya menyatakan apresiasinya terhadap pembangunan tersebut. “Akhirnya setelah 4 tahun keinginan kita tercapai. Apresiasi kami untuk para pimpinan dan BPH yang membuat program ini lebih cepat dilaksanakan,” paparnya. Prof. Bambang menambahkan bahwa Pembangunan Professor's Guest House ditargetkan selesai pada akhir tahun. “Setelah peletakan batu pertama hari ini targetnya gedung ini selesai dalam satu semester. Saya kira tidak perlu menunggu tahun ajaran baru untuk meresmikannya. Semoga awal tahun depan sudah bisa dipakai,” tambahnya. Kedepannya, Rektor menyatakan juga akan membangun Student Guest House untuk mengakomodasi mahasiswa asing yang mengunjungi UMY. “Dengan pembangunan Professor's Guest House, semoga kita bisa barengi dengan Student Guest House untuk mahasiswa. Nantinya untuk Student Guest House kami siapkan kira-kira 400 kamar,” harapnya. Sementara itu, Wakil Rektor 1 UMY Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.Pmenyatakan kelegaannya dalam pembangunan Professor's Guest House ini. “Salah satu program internasionalisasi UMY adalah menggalakkan visiting professor dari luar negeri, dan adanya fasilitas bagi para professor dan dosen tamu itu sangatlah penting. Karena itulah, setelah beberapa kali saya selalu ditanya terkait apakah UMY punya tempat menginap untuk professor tamu, dan ya akhirnya hari ini kita mulai pembangunannya,”tuturnya. Menurut Gunawan, UMY memiliki perkembangan yang dinilai cepat. Hal ini mendukung motto UMY sendiri yaitu Unggul dan Islami. “Perkembangan UMY dinilai cepat, termasuk pada pembangunan fasilitasnya. Dan pembangunan Professor's Guest House ini semakin mendukung motto UMY yaitu Unggul dan Islami,” tambahnya. Senada dengan Wakil Rektor 1, Prof.dr. Syamsul Anwar, MA yang mewakili Badan Pengurus Harian (BPH) UMY juga bersyukur dengan langkah yang dilakukan UMY. “Mari kita bersyukur UMY bisa “lari dengan cepat”. Dengan adanya Professor's Guest House ini, kita tidak perlu mencarikan hotel ataupun tempat menginap bagi professor dan dosen dari luar negeri,” paparnya. “Kami dari BPH UMY mengapresiasi UMY yang cepat tanggap dalam pembangunan fasilitas. Hal ini juga sesuai dengan gerakan Muhammadiyah yang menginisiasi gerakan berkemajuan. Semoga UMY semakin muda mendunia,” tambahnya.



27 August 2016

Hadapi MEA, Masyarakat Indonesia Harus Dukung Produk Dalam Negeri

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) memang sudah dimulai sejak Desember 2015. Namun masih banyak masyarakat yang belum merasakan dampak signifikan terhadap perubahan yang ada. Meski demikian, masyarakat harus senantiasa mendukung produk hasil buatan negeri sendiri untuk dapat bersaing dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Hal ini dikemukakan oleh Ahmad Zabadi, Presiden Direktur SMESCO (lembaga layanan pemasaran, koperasi dan UKM) Indonesia di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Sabtu (27/08). Dalam materi yang disampaikan untuk muktamirin Nasyiatul Aisyiyah tersebut, Ahmad juga menyebutkan bahwa cinta tanah air merupakan bagian dari iman dan hal tersebut telah disebutkan di dalam hadits Nabi SAW. Ahmad memaparkan bahwa Indonesia memang memiliki banyak pelaku usaha. Tetapi bila dipetakan, 98.7% dari total keseluruhan merupakan usaha mikro. Sedangkan usaha skala makro berada pada presentase 0.01%. Para pelaku usaha mikro tersebut, disebut Ahmad, kebanyakan merupakan lulusan setingkat Sekolah Dasar (SD) atau SMP saja. Dan kontribusi usaha mikro terhadap PBB (Pajak Bumi Bangunan), hanya 57%, sedangkan kontribusi usaha makro terhadap PBB 43%."Realita ini lalu dihadapkan dengan pasar bebas MEA. Pengusaha kita yang lulusan SD dan SMP ini harus head to head dengan pelaku usaha asing yang lulusannya sudah tinggi. Ibaratkan petinju, sama-sama petinju kuat namun yang ditandingkan adalah petinju kelas ringan melawan petinju kelas berat. Belum lagi pelaku usaha mikro tadi saat memasarkan produk mereka ke negara lain, harus lolos standarisasi yang diberlakukan negara tersebut," ujar Ahmad. Sedangkan premis masyarakat Indonesia saat ini, disebut Ahmad, masih banyak yang mencintai produk luar negeri dibandingkan produk UKM lokal. Menurutnya masyarakat masih banyak yang merasa segan dengan kualitas produk yang ditawarkan oleh pelaku usaha dalam negeri, dibandingkan dengan produk bermerek milik asing yang sudah jelas kualitasnya. "Tindakan seperti itu sama saja kita mendzolimi UKM. Dan sama saja kita sedang membantu pelaku usaha asing, dengan kemudian membiarkan pelaku usaha dalam negeri berjuang sendiri. Kita harus bisa meniru orang Korea Selatan, yang pada awal tahun 2000 produk Samsung masih kalah kualitas dengan produk-produk asal barat. Namun pada saat itu juga, masyarakat Korea Selatan tidak ada yang tidak menggunakan produk Samsung. Sehingga berawal dari itu, produk samsung bisa terkapitalisasi dan masuk ke pasar internasional," ungkap Ahmad. Sementara itu, pada forum yang sama, Rektor UMY, Prof. Bambang Cipto, M.A. menyampaikan kepada muktamirin NA terkait skema yang ada dibalik isu "Women's Empowerement" (WE). Isu WE dijelaskan Prof. Bambang sebagai ajakan kepada para perempuan untuk dapat lebih aktif bekerja, berkecimpung di dunia bisnis, dan di luar rumah. Isu WE tersebut juga disebut sebagai upaya dari dunia barat untuk menggulingkan perekonomian negara-negara berkembang seperti Indonesia. "Ada rasa takut dari negara barat melihat jumlah penduduk negara berkembang yang sangat tinggi. Jika penduduknya tinggi, nanti ekonomi bisa didominasi oleh negara berkembang. Jadi salah satu cara untuk membuat ekonomi negara berkembang tidak tumbuh pesat, adalah dengan menggerakkan para perempuannya untuk semakin keluar rumah. Dengan begitu, para perempuan menjadi kurang tertarik untuk berkeluarga, atau sederhananya menunda usia perkawinan," jelas Prof. Bambang. Meskipun demikian, Prof. Bambang masih tetap setuju untuk terus meningkatkan skill para perempuan dan akses sumberdaya juga harus tetap ditingkatkan. "Yang penting kita tahu bahwa ada ide lain dibalik Women's Empowerement tersebut," tegas Prof. Bambang.


BERKEMAJUAN” LEBIH DARI SEKEDAR MAJU

Istilah “Berkemajuan” jika dikaitkan dengan gerakan, mengandung arti lebih dari sekedar maju. Kata Maju sendiri sudah mengandung konotasi dinamis, lalu ditambah imbuhan ber- dan akhiran –an maka “Berkemajuan” bukan lagi sekedar maju, namun disertai dengan proses. Jika dibuat garis dia tidak rata, namun mendaki ke atas. Saat ini “Berkemajuan” sudah diidentikan dengan gerakan Muhammadiyah. Oleh karena itu, “Berkemajuan”  sudah tidak berada pada tataran konsep. Bukan lagi bersifat teoritis, normatif, dan, konsepsional namun menjelma dalam bentuk gerakan atau aksi. Seperti yang sudah terjadi pada Muahammadiyah. Hal tersebut dinyatakan oleh Prof. Dr. Din Syamsuddin, salah satu tokoh Muhammadiyah yang hadir dalam Muktamar Nasyiatul Aisyiyah ke XIII di Sportorium UMY, Sabtu (27/8) sore. Dalam pemaparannya, Din Syamsuddin juga berpesan kepada muktamirin Nasyiatul Aisyiyah pentingnya mengubah organisasi menjadi gerakan.   
“Gerakan adalah sekelompok manusia yang tertinggi, di atas organisasi dan paguyuban. Gerakan levelnya sudah di atas organisasi, maka jika Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyah sudah memakai istilah gerakan maka jangan main-main, para kadernya juga harus melebihi sebuah organisasi,” ujar Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah tersebut. Menurutnya, sebuah organisasi dinilai melakukan gerakan jika dia bergerak menuju tujuannya secara sistematis dan dinamis. Muhammadiyah dalam contohnya adalah sebuah organisasi yang mengenal persyarikatan, yaitu yang menunjukkan kebersamaan antar elemen baik secara vertikal dan horizontal. Namun juga demikian Muhammadiyah juga merupakan gerakan yang praksis, yaitu yang menggabungkan ide dan aksi. Beliau berharap dalam Muktamar Nasyiatul Aisyiyah ke XIII ini, para muktamirin Nasyiatul Aisyiyah mengembangkan gerakan ilmu, selain gerakan dakwah yang sudah dilakukan Muhammadiyah.  “Saya kalau tidak salah menangkap, Muktamar Nasyiatul Aisyiyah ini akan membentuk gerakan ilmu. Jika hal itu benar adanya, maka ide itu bagus. Bahwa gerakan ilmu dibawa oleh Nasyiatul Aisyiyah, maka Nasyiatul Aisyiyah harus bertanggung jawab dan  tampil paling depan untuk menampilkan diri sebagai insan cendekia,”tambahnya. Maka dengan semangat gerakan ilmu tersebut, Nasyiatul Asiyah tidak bisa lepas membahas dua hal yaitu Kecendekiaan dan  Daya Inovasi. “Keduanya menjadi dua potensi manusia yang sangat penting. Kecendekiaan ini berhubungan dengan ilmu, sementara Daya Inovasi adalah hasilnya. Jadi ketika kita mengembangkan dua hal tersebut, kita mengembangkan kemampuan insani diri kita (kemampuan yang sudah ada di dalam diri manusia),”tambahnya. Dalam penutupnya, beliau mengungkapkan apresiasi kepada Nasyiatul Aisyiyah yang sukses menggelar Muktamar ke XIII dan menitipkan beberapa doa. “Selamat untuk penyelenggaraan Muktamar Nasyiatul Aisyiyah ke XIII, teriring doa untuk Muktamar ini agar mendorong dinamika gerakan, khusunya gerakan perempuan muda berkemajuan,” tutupnya.


Din Syamsudin: Pemerintah Perlu Perbaiki Manajemen Haji

Kasus penahanan 177 calon jamaah haji asal Indonesia oleh petugas imigrasi Filipina, memperlihatkan bahwa sistem manajemen haji di Indonesia masih bermasalah. Adanya peraturan pemerintah terkait pembatasan kuota ibadah haji, seringkali menjadikan warga Indonesia yang hendak melakukan ibadah haji lebih tergiur dengan janji-janji dari agen travel negara lain. Pemanfaatan kuota haji di negara lain menjadi satu-satunya langkah bagi para calon haji agar dapat melaksanakan haji dengan mudah, di samping semakin banyaknya peminat warga Indonesia untuk menunaikan ibadah haji.

“Manajemen haji kita masih bermasalah. Selain itu angka kematian juga belum berkurang signifikan, meskipun sudah ada perbaikan. Menteri agama menganggap permasalahan tersebut take for granted terkait manajemen haji. Kasus (pemanfaatan kuota haji, red) tersebut tidak boleh diserahkan kepada masyarakat, namun pemerintah harus ada solusi dan harus tegas terhadap travel-travel yang membawa haji,” papar Prof. Din Syamsudin saat ditemui di ruang transit Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebelum memberikan talkshow dalam rangkaian Muktamar Nasyiatul Aisyiyah ke XIII pada Sabtu (27/8).
Seperti yang telah diberitakan di berbagai media, kasus yang menimpa para calon jamaah haji Indonesia di Filipina yang menggunakan paspor haji palsu tersebut akan mengancam identitas kewarganegraan Indonesia. Prof. Din mengatakan lebih lanjut, pemerintah perlu memberikan perlindungan. Praktek penggunaan paspor negara lain untuk menunaikan ibadah haji sudah sering terjadi. Minimnya kuota ibadah haji di Indonesia seringkali dilakukan oleh oknum agen travel yang tidak bertanggung jawab. Sehingga para calon haji yang menggunakan paspor negara lain menjadi korban penipuan.
“Mereka bukanlah pelaku, hanya saja niat beribadah melalui berbagai cara dan ternyata malah menjadi korban penipuan. Pemerintah harus membantu dan kewarganegaraan jangan dicabut. Harus ada tindakan tegas dari pelaku travel dalam kasus ini. Penipuan ini lebih diatas penipuan. Ini sekaligus harus jadi pelajaran, karena pemalsuan identitas kewarganegaraan masih banyak terjadi,” tandasnya.
Prof. Din kembali mengatakan, kasus tersebut harus segera ditindak serta ditingkatkan kecanggihan fasilitas manajemen haji. Bukan hanya canggih, namun juga harus memudahkan. “Kepada umat Islam memang harus berniat menjalankan rukun Islam. Dan Alhamdulillah kemampuan dari umat Islam untuk beribadah haji meningkat, namun kuota haji terbatas dan ini harus dipahami. Dan pemerintah juga harus tetap membenahi manajemen haji di negara ini, serta membatasi orang-orang yang ingin melakukan ibadah haji sampai dua kali atau lebih, agar orang yang belum menunaikan ibadah haji bisa memiliki kesempatan untuk melakukannya. Maka dari itu harus berhati-hati dan pemerintah harus memperketat (manajemen haji, red) supaya tidak ada penipuan lagi,” jelas Prof. Din.


Nasyiatul Aisyiyah Tandatangani MOU Sinergitas Program dengan LazisMU

Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah melakukan penandatangan MOU dengan LazisMu (Lembaga Zakat Infaq Shadaqah Muhammadiyah),  tentang sinergitas program antara PPNA dan Lazismu. Penandatangan dilakukan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Normasari, dengan Direktur Utama LazisMu, Andar Nubowo, dan disaksikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dahlan Rais.
Menurut Normasari, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, MOU ini nantinya akan mendukung pelaksanaan program Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah 2016-2020. Ia berharap, “Penandatangan MOU di tingkat pusat ini akan bersifat implementatif dengan LazisMu di seluruh Indonesia,”. Dengan demikian, dapat terjadi sinergi program antara Nasyiatul Aisyiyah di seluruh Indonesia dengan Lazismu di seluruh Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Lazismu, Andar Nubowo, menjelaskan bahwa program-program yang dikelola Lazismu diperuntukkan bagi 8 kelompok penerima ZIS, dan merujuk pada 13 rekomendasi Muktamar, juga 17 Agenda Sustainability Development Goals, dan terbagi atas 3 kluster, yaitu kluster social, ekonomi kreatif, dan advokasi. Apa yang disampaikan Direktur Utama LazisMu tersebut, menurut Normamasari, sesuai dengan bidang gerak dan isu-isu strategis program yang dilakukan oleh Nasyiatul Aisyiyah di seluruh Indonesia.



MENCINTAI TANAH AIR DENGAN MEMBELI PRODUK KREASI ANAK NEGERI

Kekuatan ekonomi Indonesia ternyata ditopang oleh Usaha Mikro. Dari 51 ribu unit usaha, 98 persennya adalah usaha mikro. Sedangkan unit usaha kecil 0,1%, usaha menengah 0,9%, dan usaha besar hanya 0,01%. Meski demikian, keberpihakan terhadap para pelaku usaha mikro dan kecil masih rendah.
Hal tersebut mengemuka dalam forum Sidang Pleno III Muktamar Nasyiatul Aisyiyah XIII, di Yogyakarta (27/8). Ahmad Zabadi, Direktur SMESCO, menyayangkan kurangnya keberpihakan terhadap para pelaku usaha mikro dan kecil yang kebanyakan menempuh pendidikan hingga SD dan SMP. Padahal, tambah Zabadi, mereka harus berhadap-hadapan dengan pelaku usaha di Negara lain dengan tingkat pendidikan lebih tinggi.
Di tingkat dunia, dalam hal kekuatan daya saing, Indonesia menempati urutan 34. Di tingkat Asean, Indonesia berada di peringkat ketiga, di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Zabadi menunjukkan bagaimana Thailand menyiapkan daya saing ekonominya, “Saat ini Thailand telah menyiapkan 100 ribu UKM nya supaya fasih berbahasa Indonesia dan membuka lembaga bahasa Indonesia, agar penetrasi pasar Thailad efektif memasuki pasar Indonesia. Zabadi menyebut beberapa factor yang membuat produk-produk Indonesia menjadi tidak kompetitif di tingkat global, seperti biaya logistic maupun transportasi yang mencapai 30-40% dari harga yang dijual sebuah produk.
Selain itu, ia mengajak Nasyiah untuk mensyiarkan Cinta Produk Anak Negeri, “Kalau kita ingin Usaha Mikro dan Kecil jadi pemenang di negeri sendiri, pakai produk dalam negeri dan kreasi anak negeri.” Menurut Zabadi, jika kita membeli produk asing, berarti kita sedang membantu pelaku usaha asing. Bahwa UMKM juga membutuhkan keberpihakan kita dengan mencintai produk mereka. Menariknya, menurut Zabadi, mencintai produk dalam negeri juga bagian dari iman, karena cinta tanah air bagian dari iman. 

26 August 2016

NA Harus Peduli Isu Perempuan dan Anak

Perubahan teknologi komunikasi yang berlangsung dengan cepat, menuntut masyarakat agar tidak ketinggalan tren. Masyarakat harus mudah beradaptasi dengan mendapatkan informasi melalui internet maupun media online. Seringkali untuk mendapatkan informasi dengan cara yang lebih cepat dan instan, masyarakat memanfaatkan gadget dalam aktivitas pencarian informasi.
Namun di sisi lain pula, seringkali media online memberitakan perempuan dan anak dari sisi negatif. Representasi terhadap perempuan secara umumnya, lebih menonjolkan dari sisi biologis tanpa melihat perempuan secara utuh. Hal inilah yang lantas menjadikan Organisasi Nasyiatul Aisyiah (NA) yang merupakan organisasi kaum perempuan diharuskan  untuk membangun isu positif di media massa terutama media online terkait isu perempuan dan anak.
            Pernyataan tersebut seperti yang diungkapkan oleh Dr. Trihastuti selaku sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah saat memberikan sambutan pada Sarasehan Komunitas Jurnalis NA. Dalam penyampaiannya, Tri mengatakan bahwa media online seringkali tidak menampilkan perempuan secara utuh seperti sisi kecerdasan maupun peran-peran dan pengetahuan yang dimiliki. “Banyaknya media saat ini merepresentasikan subjek dari penampilan fisik sebagai salah satu cara untuk merebut ruang publik. Jika dilihat dari sisi ini, perempuan seringkali menjadi subjek untuk membangun isu media agar menjaga perhatian pembaca,” papar Tri yang juga salah satu dosen komunikasi di UMY, Kamis (25/8) di ruang Simulasi Sidang Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial & Politik (FISIPOL) UMY.
            Tri mengatakan lebih lanjut, isu lain yang saat ini menjadi penting bagi perempuan saat ini yaitu terkait isu pernikahan dini, serta seks pranikah. Namun isu-isu terkait perempuan dan anak kerap tidak terlalu menyita perhatian publik dan perlu dikawal. NA harus mampu menumbuhkan masyarakat untuk peduli terhadap dampak dari pernikahan dini yang saat ini sedang menjadi trending topik media massa. “NA perlu mengawal dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk peduli terkait isu perempuan melalui penekanan pada media. Untuk menumbuhkan itu juga diperlukan kerjasama baik media nasional maupun media asing. Karena media adalah magnet tersendiri yang sangat penting sebagai ruang publik,” jelasnya.

Hal senada dengan juga dikatakan oleh Ratna Puspita selaku wartawan di sebuah media cetak. Ratna mengatakan kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai logika jangka pendek yang menyebabkan pembuat berita terutama berita online cenderung menampilkan informasi sensasional guna menjaga perhatian konsumen berita. “NA harus bertindak sebagai agen perubahan melalui media massa. Terkait dalam hal isu kekerasan seksual yang seringkali menimpa perempuan maupun anak, data statistik kerap menjadi hal yang dilupakan. Padahal data statistik menjadi data penunjang untuk meyakinkan pembaca,” tandasnya.

            Ratna menambahkan, organisasi perempuan seperti NA harus sanggup membangun isu yang positif  dengan melakukan counter terhadap isu negatif, terutama kaitannya dengan perempuan dan anak. “Organisasi ini selayaknya harus bekerja keras mencerahkan publik dalam sisi perempuan dan anak melalui media massa. Ini karena upaya untuk menumbuhkan kepedulian public hanya dapat digunakan melalui teknologi komunikasi massa,” terangnya.


TEMU TOKOH NASIONAL “Gerakan Perempuan Muda Berkemajuan untuk Kemandirian Bangsa”

Temu Tokoh Nasional menjadi salah satu rangkaian kegiatan Muktamar yang berlangsung pada (25/8) di Islamic Centre, Universitas Ahmad Dahlan. Temu Tokoh kali ini menghadirkan dua tokoh nasional, yaitu Prof. Dr. Amien Rais, MA dan Rahmawati Husein, Ph,D. Menurut Normasari, M.Hum, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Temu Tokoh Nasional sengaja diadakan untuk mencari inspirasi sebagai bekal mensukseskan agenda Muktamar Nasyiatul Aisyiyah yang akan menentukan agenda-agenda penting gerakan Nasyiatul Aisyiyah 1 periode ke depan.

Dalam forum Temu Tokoh tersebut, Amien Rais menegaskan bahwa Islam telah jauh lebih dahulu bicara tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Banyak perempuan telah menjadi pemimpin, bahkan dalam skala pemerintahan, Amien mencontohkan, Pakistan, Turki, juga Indonesia telah memilih perempuan sebagai Presiden. Di Muhammadiyah sendiri, tandas Amien Rais, tidak ada diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Menyinggung tentang Nasyiatul Aisyiyah sebagai gerakan perempuan muda berkemajuan, tokoh reformasi yang juga Ketua MPR Periode 1998-2004 ini kemudian menggarisbawahi pentingnya penguasaan ilmu dan teknologi, “Kompetisi mendatang adalah kompetisi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), bangsa yang maju adalah bangsa yang menguasai iptek, dan bangsa yang tidak menguasai iptek akan menjadi bangsa terbelakang.”    
Selain Amien Rais, hadir pula Rahmawati Husein, Ph.D, yang saat ini menjadi unsur pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Periode 2000-2004 ini, juga merupakan peraih penghargaan Tokoh Inspiratif ‘Tangguh Award’ Tahun 2015 dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yaitu penghargaan yang diberikan bagi orang maupun lembaga yang peduli pada penanganan bencana. Di awal pembicaraan, ia menegaskan, “Saya besar dan berkemajuan karena Nasyiatul Aisyiyah.” Oleh karenanya perempuan yang pernah menjadi komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan hingga tahun 2006 ini, mendorong kader-kader Nasyiah untuk menempa diri di Nasyiatul Aisyiyah.
Menurut Rachmawati Husein, gerakan perempuan muda berkemajuan yang melekat sebagai identitas Nasyiatul Aisyiyah ini mensyaratkan beberapa hal, “pentingnya kader Nasyiatul Aisyiyah peka terhadap isu-isu yang berkembang dan berinovasi dengan ilmu dan teknologi.” Rachmawati menyebut beberapa, isu lingkungan termasuk tambang yang berdampak pada perempuan, juga Sustainibility Development Goals sebagai komitmen global terhadap kelanjutan dari Millennium Development Goals (MDGs). 
Muktamar ini, ungkap Rachmawati, dapat menjadi momen strategis bagi Nasyiatul Aisyiyah untuk menguatkan diri sebagai organisasi berkemajuan. Ia menyebut beberapa modal berkemajuan, tafsir baru gerakan pengembangan nilai Islam untuk peradaban, gerakan yang dinamis dan responsif juga memberdayakan, cara berfikir yang bersifat outward looking, percaya diri dan mau maju. Selain itu, Rachmawati menegaskan pentingnya berjejaring sebagaimana tersebut juga dalam poin tujuan SDGs, “Nasyiatul Aisyiyah harus berjejaring  dengan organisasi lain dalam skala local, nasional hingga global.” Dengan begitu, ia berharap, Nasyiatul Aisiyiyah dapat membuktikan bukan sebagai organisasi yang diperuntukkan bagi dirinya saja,  tapi juga bagi segmen yang lebih luas.

LAUNCHING GERAKAN AISYIYAH CINTA ANAK

Pimpinan Wilayah Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, Menggelar Resepsi Milad Ke 102 Aisyiyah. Tak kurang Dari 5000 Warga Aisyiyah, Hadir Dalam Resepsi Yang Digelar Di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Memperingati Milad Aisyiyah Ke 102, Pimpinan Wilayah Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, Menggelar Resepsi Milad Aisyiyah Ke 102. Acara Ini Sekaligus Silaturahim Warga Aisyiyah Se Daerah Istimewa Yogyakarta. Milad Ke 102 Aisyiyah Tahun Ini Bertemakan, Gerakan Perlindungan Anak Dan Penguatan Keluarga Menuju Generasi Bangsa Yang Berkemajuan. Turut Hadir Dalam Acara Resepsi Milad Aisyiyah Ke 102, Ketua Pp Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman, Ketua Umum Pp Aisyiyah Siti Noordjanah Djohantini, Serta Anggota Dpr Ri Hanafi Rais Dan Desi Ratnasari. Dalam Resepsi Milad Ke 102 Aisyiyah Ini, Sekaligus Melaunching Gerakan Aisyiyah Cinta Anak. Dimana Gerakan Ini Memberikan Pengetahuan Pengetahuan Ataupun Cara Cara Agar Orang Tua Menghindari Kekerasan Dalam Mendidik Anak.

PERKOKOH GERAKAN GUNA TURUT MENYELESAIKAN PERSOALAN BANGSA

Aisyiyah Telah Memasuki Abad Kedua. Aisyiyah Memperkokoh Gerakan Perempuan Muslim Yang Kiprahnya, Dapat Turut Serta Dalam Menyelesaikan Persoalan Persoalan Bangsa. Hal Ini Disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjanah Djohantini, Dalam Resepsi Milad Aisyiyah Ke 102. Aisyiyah Telah Berdiri Sebelum Indonesia Merdeka. Sudah Sangat Besar Peran Aisyiyah Dalam Memajukan Kondisi Bangsa. Memasuki Abad Kedua, Aisyiyah Ingin Lebih Memperkokoh Gerakan Perempuan Muslim, Guna Menyelesaikan Berbagai Persoalan Bangsa. Tidak Hanya Persoalan Terhadap Perempuan Dan Anak Anak, Melainkan Ke Seluruh Aspek Sosial. Hal Ini Disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjanah Djohantini, Disela Sela Acara Resepsi Milad Ke 102 Aisyiyah. Resepsi Milad Ke 102 Aisyiyah Ini, Digelar Di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Takkurang Dari 5000 Warga Aisyiyah Turut Meramaikan Respsi Milad Ini.

MUKTAMAR KE 13 NASYIATUL AISYIYAH DIBUKA OLEH KETUM MUHAMMADIYAH HAEDAR NASHIR

Muktamar Ke 13 Nasyiatul Aisyiyah jum'at 26 Agustus 2016, Dibuka Langsung Oleh Ketiua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir. Muktamar Nasyiatul Aisyiyah Ke 13 Berlangsung Di Yogyakarta Selama 4 Hari Di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Muktamar Nasyiatul Aisyiyah mengusung tema GERAKAN PEREMPUAN MUDA BERKEMAJUAN UNTUK KEMANDIRIAN BANGSA” Nasyiatul Aisyiyah sebagai gerakan perempuan muda Muhammadiyah dan Aisyiyah menjadi wadah yang strategis dalam memajukan dunia perempuan, khususnya yang dikategorikan usia muda.“Kemajuan atau berkemajuan merupakan spirit dan gerak nafas Persyarikatan Muhammadiyah, diharapkan Muktamar NA ke-13 ini dapat menjadi momentum refleksi pembaharuan Muhammadiyah,” ujar Haedar Nashir, Muktamar Kali Ini Diikuti Oleh 1.000 Peserta Dari Perwakilan Pimpinan Cabang, Pimpinan Daerah, Dan Seluruh Pimpinan Wilayah Dari 24 Provinsi. Lebih Dari 2.500 Penggembira Dari Seluruh Indonesia Turut Menyemarakkan Muktamar Ini. Selain Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, Hadir pula Dalam Pembukaan Muktamar Nasyiatul Aisyiyah Ke 13, Yunhar Ilyas, Dahlan Rais, Agung Danarto Dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Dahnil Anzar Simanjuntak ketua umum pemuda muhammadiyah serta Muhajir Effendi Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI .